Gedung Pakuan

Ti Wikipédia Sunda, énsiklopédi bébas
Artikel ieu keur dikeureuyeuh, ditarjamahkeun tina basa Indonésia.
Bantuanna didagoan pikeun narjamahkeun.

Gedong Pakuan nyaéa imah dines nu dijadikeun tempat resmi Gubernur Kepala Daerah Provinsi Jawa Kulon. Ieu gedong aya di Jalan Otto Iskandardinata No.1, Bandung. Dina jaman kolonial Walanda, ieu gedong mangrupa tempat resmi Residen Priangan.

Sajarah[édit | édit sumber]

Gedung Pakuan didirikan sehubungan dengan perintah Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud karena pemindahan ibukota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Tetapi pemindahan ibukota karesidenan itu baru dapat dilaksanakan oleh Residen Van der Moore pada taun 1864, setelah Gunung gedé meletus dan menghancurkan Kota Cianjur. Mulai dibangun pada taun 1864 sampai selesai pemwangunannya pada taun 1867. Selama pemwangunan Gedung Pakuan (1864-1867), telah dikerahkan sejumlah anggota Genie Militair Belanda, yang dibantu oleh R.A. Wiranatakusumah yang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang. R.A. Wiranatakusumah merupakan Bupati Bandung ke-8 yang memerintah antara taun 1846-1874. Ia mengerahkan penduduk dari kampung Babakan Bogor (sekarang Kebon Kawung) dan Balubur Hilir yang kini terletak di depan kediaman resmi Panglima Kodam III Siliwangi di Bandung. Atas jasa tersebut, penduduk yang terlibat dalam pemwangunan tersebut dibébaskan dari pajak.

Arsitektural[édit | édit sumber]

Gedung Pakuan memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl yang anggun monumental sarta sangat digemari oleh Jenderal Herman Willem Daendels. wangunan tersebut dirancang oleh Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang, yang menjadi staff dari Residen Van der Moore, Insinyur itu pula yang merancang wangunan Sakola Raja yang saat ini menjadi Kantor Polwiltabes Bandung pada taun 1866.

Kunjungan tokoh penting internasional[édit | édit sumber]

Sejak zaman Hindia Belanda, gedung ini telah menjadi tempat persinggahan orang penting, tamu resmi dan tokoh dunia. Tamu penting internasional yang pernah berkunjung ke sini adalah: • Raja Siam Somdet Phra Paramendr Maha Chulalonkorn pada taun 1901 • Perdana Menteri Perancis Géorgéos Clemencéau yang berkunjung ke Bandung taun [1921] • Charlie Chaplin dan Mary Picford pada taun 1927. • Andréas Segovia, sempat memetik dawai gitarnya di depan Residen Priangan beserta tamunya. • Sri Ratu Belanda Juliana beserta Pangeran Bernhard berkunjung pada taun 1971. Mereka sangat terpesona menyatakan kepada tuan rumah, agar wangunan lama dengan gaya arsitektur Da Indische Empire Stijl yang langka itu dapat dipertahankan, dipugar dan dilestarikan. • présidén Yugoslavia, Josip Broz Tito • présidén Uni Soviet, Voroshilov • Jaksa Agung Amérika Serikat, Robert Kennedy Peranan dalam Konferensi Asia Afrika Ketika Konferensi Asia Afrika berlangsung di kota Bandung pada taun 1955, sejumlah tokoh, pimpinan negara-negara Asia Afrika singgah untuk beristirahat di Gedung Pakuan, di antaranya: • Perdana Menteri Birma, U Nu • Perdana Menteri Srilangka, John Kotelawala • Perdana Menteri Pakistan, Mohammad Ali Bogra • Jendral Carlos P. Rumulo dari Filipina • présidén Mesir, Gamal Abdul Nasser • Pangeran Norodom Sihanoouk dari Kamboja • Perdana Menteri RRC, Zhou Enlai Pada kunjungannya taun 1955, PM India, Jawaharlal Nehru sempat menyatakan dalam pidatonya bahwa Bandung adalah ibukota dari Asia Afrika. Pada taun 2005 yang lalu, gedung ini juga dijadikeun sebagai tempat jamuan makan siang para kepala negara, pemerintahan dan delegasi negara-negara Asia Afrika dalam rangka acara peringatan 50 taun Konferensi Asia-Afrika. Perjanjian Dwikewarganegaraan RI-RRT Sejarah diplomatik mencatat, bahwa pada tanggal 22 April 1955, di ruang tengah Gedung Pakuan telah ditandatangani Komunike Bersama tentang Dwi Kewarganegaraan antara pemerintah Républik Indonésia dan Républik Rakyat Tiongkok. Masing-masing pihak diwakili oleh Menteri Luar Negeri RI Mr. Sunario dan Perdana Menteri RRT Zhou Enlai. Gedung Pakuan sekarang ini taun 1990, pemugaran struktur wangunan Gedung Pakuan rampung dengan menelan biaya lebih dari satu miliar rupiah. Pemugaran ini sesuai dengan harapan Pangeran Bernhard. Gedung Pakuan sekarang masih tetap berfungsi sebagai markah tanah Kota Bandung. Fungsi utamanya kini menjadi rumah dinas yang dijadikeun sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Kulon.