Kertamulya, Bongas, Indramayu
Désa Kertamulya | |
---|---|
Kalurahan/Désa | |
Peta lokasi Kalurahan Kertamulya | |
Nagara | Indonésia |
Propinsi | Jawa Barat |
Kabupatén | Indramayu |
Kacamatan | Bongas |
Pamaréntahan | |
• Nami Kuwu | Hj.Narso Wijoyo mm.SH |
Lega | 15700 Ha |
Pangeusi | 1560 urang (2005) |
Kertamulya nyaéta salah sahiji désa di kacamatan Bongas, Kabupatén Indramayu, Propinsi Jawa Barat, Indonésia.
Artikel ieu keur dikeureuyeuh, ditarjamahkeun tina basa Indonesia. Bantuanna didagoan pikeun narjamahkeun. |
Sajarah
[édit | édit sumber]Sejarah putra Tumenggung Gagak Singalodra dari Bengelen Jawa Tengah bernama Raden Wiralodra yang mempunyai garis keturunan Majapahit dan Pajajaran, dalam tapa baratanya di kaki Gunung Sumbing mendapat wangsit.
"Hai Wiralodra apabila engkau ingin berbahagia berketurunan di kemudian hari, pergilah kearah matahari terbenam dan carilah lembah Sungai Cimanuk. Manakala telah disana, berhentilah dan tebanglah belukar secukupnya untuk mendirikan pedukuhan dan menetaplah disana. Kelak tempat itu akan menjadi subur dan makmur serta tujuh turunanmu akan memerintah disana". Demikianlah bunyi wangsit itu.
R. Wiralodra ditemani Ki Tinggil dan berbekal senjata Cakra Undaksana. Tokoh-tokoh lain dengan pendiri pedukuhan dimaksud adalah Nyi Endang Darma yang cantik dan sakti, Aria Kemuning putra Ki gedé Lurah Agung yang diangkat putra oleh Putri Ong Tien istri Sunan Gunung Jati. Ki Buyut Sidum / Kidang Pananjung séorang pahlawan Panakawan Sri Baduga dari Pajajaran, Pangeran Guru, séorang pangeran dari Palembang yang mengajarkan Kanuragan dengan 24 muridnya.
Pedukuhan tersebut berkembang dan diberi nama "Darma Ayu" oleh R. Wiralodra yang diambil dari nama séorang wanita yang dikagumi karena kecantikan dan tkesaktiannya "Nyi Endang Darma", sarta dapat diartikan "Kewajiaban Yang Utama" atau "Tugas Suci".
Pedukuhan Cimanuk yang diberi nama "Darma Ayu" yang kemudian berobah menjadi "Indramayu", setelah terbébas dari kekuasaan Pajajaran pada taun 1527, diproklamirkan berdirinya oleh R. Wiralodra pada hari Jum'at Kliwon tanggal 1 Muharram 934H atau 1 Sura 1449 dan jatuh pada tanggal 7 Oktober 1527. Titimangsa tersebut resmi sebagai Hari Jadi Indramayu.
Profil Pamaréntahan
[édit | édit sumber]KOTA mangga dan lumbung beras utama di Provinsi Jawa Barat. Itulah cap yang masih populer bagi Indramayu. Kini ada cap lain yang khas untuk kabupatén tersebut: tawuran. Perkelahian antarwarga désa di beberapa kacamatan menjadi hal yang lumrah namun memusingkan pihak kéamanan dan masyarakat. Contohnya adalah, biasa kalau di tengah jalan penumpang 'Elp'-angkutan umum antarkacamatan dan kabupatén-tiba-tiba dioper paksa ke kendaraan lain dengan alasan untuk menghindari 'demo' alias tawuran!
SUASANA sehari-hari kabupatén ini boleh dibilang relatif sepi. Dari 24 kacamatan, pusat keramaian lebih terlihat di kacamatan Jatibarang dan Indramayu yang menjadi ibu kota kabupatén. Jatibarang lebih ramai karena berada di jalur pantai utara (pantura) yang strategis, terutama untuk jalur transportasi maupun lalu lintas perdagangan. Hal ini menyebabkan kehidupan ekonomi Indramayu terkesan agak terkucil, terutama dalam kegiatan perdagangan karena barang kebutuhan sehari-hari masih lebih banyak disuplai dari Kota Cirebon.
Sepinya suasana juga ditambah langkanya sarana hiburan seperti bioskop dan sarana rekréasi yang hanya mengandalkan Pantai Tirtamaya. Hotel-hotel yang masih bertahan pun boleh dibilang sepi dari para tamu.
Di balik kesan sepi itu, tanah di daerah ini ternyata cukup subur. Dari wilayah seluas 204.011 héktar, 41,90 persen merupakan tanah sawah. Meski sering dilanda banjir, enam taun terakhir Indramayu masih nomor satu dalam produksi padi se-Provinsi Jawa Barat. Produksi padi selama kurun waktu tersebut mencapai lebih dari satu juta ton per taun.
Di luar padi, bumi Indramayu rupanya kaya akan minyak dan gas bumi (migas). Sejak taun 1970 migas mulai dieksploitasi oleh Pertamina melalui penggalian sejumlah sumur. Dari ratusan sumur yang dibor, daerah-daerah yang berhasil memproduksi adalah Jatibarang, Cemara, Kandanghaur Barat dan Timur, Tugu Barat, dan Lepas Pantai. Pada taun 1980 Pertamina mendirikan terminal Balongan untuk menyalurkan bahan bakar minyak (BBM). Kilang yang dibangun taun 1990 tersebut mulai beroperasi pada taun 1994.
Dikelola oleh Pertamina Unit Pengolahan (UP) VI Balongan, produksi kilang BBM berkapasitas 125.000 BPSD (barrel per stréam day) boleh dibilang seratus persen disalurkan untuk DKI Jakarta. Sedangkan produksi gas atau LPG yang dikelola Kilang LPG Mundu VI dengan kapasitas 37,3 MMSCFD (juta kaki kubik per hari) di kacamatan Karangampel, disalurkan untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Dari sisi statistik, migas jelas-jelas dominan dalam kegiatan ekonomi Indramayu, khususnya sektor pertambangan dan penggalian. taun 1996 subsektor minyak dan gas mencapai 53,82 persen, sementara empat taun kemudian 55,16 persen. Di satu sisi migas memberi kontribusi bagi kegiatan ekonomi kabupatén, ta-pi di sisi lain migas memicu 'pertarungan' antara Pertamina, Pemerintah Kabupatén Indramayu, dan pemerintah pusat.
Persoalan utamanya adalah jumlah dana bagian daerah-sesuai UU No 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara pemerintah pusat dan daerah-dianggap tidak adil oleh pemerintah daerah (pemda). Selama ini kontribusi migas yang diterima pemda hanyalah Pajak Bumi dan wangunan (PBB). Untuk lima taun terakhir réalisasi penerimaan PBB di sektor pertambangan terus meningkat, antara lain Rp 8,3 milyar (1996) dan Rp 11,2 milyar (2001). Pertamina UP VI beralasan, karena sebagian besar kegiatannya bersifat hilir-seperti pengolahan, pengapalan dan pemasaran, sarta niaga-maka kontribusinya adalah pajak. Hal ini berbéda dengan unit lain yang kegiatannya adalah eksplorasi dan eksploitasi. Walaupun begitu, di Indramayu hingga kini terdapat 77 sumur minyak dan 40 sumur gas yang dikategorikan menghasilkan. Seluruh sumur tersebut berada dalam wilayah Aset I yang dikelola Pertamina Daerah Operasi Hulu (DOH) Cirebon. Yang jelas, sampai sekarang pemda belum puas dengan perhitungan yang telah dibahas bersama.
Profil Daérah
[édit | édit sumber]Wates Wilayah
[édit | édit sumber]Géografis
[édit | édit sumber]3.1. Wilayah Pesisir Jawa Barat Bagian Utara Sebelum adanya Propinsi Banten di Jawa Barat terdapat tiga wilayah pesisir yaitu pesisir selatan Jawa Barat, pesisir barat (selat sunda) dan pesisir utara. Propinsi Jawa Barat secara géografis terletak pada 5o50’–7o50’ Lintang Selatan dan 104o48’–108o48’ Bujur Timur. Luas Propinsi Jawa Barat meliputi aréal dataran sekitar 43.240 km2. Secara administratif Propinsi Jawa Barat berbatasan dengan : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Propinsi DKI Jakarta b. Sebelah Timur berbatasan langsung dengan propinsi Jawa Tengah c. Sebelah Selatan dan berbatasan dengan Samudera Indonésia (Hindia) d. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda (sekarang Propinsi Banten) Propinsi Jawa Barat dibagi menjadi 8 wilayah kota, 20 wilayah kabupatén, 529 wilayah kacamatan, 528 wilayah kalurahan dan 6.677 wilayah désa. Namun setelah terbentuknya Propinsi Banten pembagian wilayah Jawa Barat menjadi 6 wilayah kota, 16 wilayah Kabupatén, 437 wilayah kacamatan, 384 wilayah kalurahan dan 5.354 wilayah désa. Wilayah kota di antaranya adalah Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, dan Depok. Sedangkan wilayah kabupatén adalah Kabupatén Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, dan Bekasi. Wilayah yang menjadi Propinsi Banten (UU No. 23 taun 2000 tanggal 17 Oktober 2000), yaitu 2 wilayah kota (Tangerang dan Cilegon), dan 4 wilayah kabupatén (Pandeglang, Lebak, Serang dan Tangerang) Secara topografi, wilayah Propinsi Jawa Barat dibagi menjadi tiga dataran, yaitu dataran rendah di wilayah bagian Utara Jawa Barat, dataran tinggi di wilayah bagian tengah Jawa Barat, sedangkan berbukit-bukit dengan sedikit pantai terdapat di wilayah bagian Selatan Jawa Barat. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi Propinsi Jawa Barat, karena merupakan daerah yang cukup strategi bagi pengembangan aspek komunikasi dan perhubungan. Panjang garis pantai propinsi ini membentang dari Kabupatén Ciamis sampai Kabupatén Pandeglang di Selatan, Kabupatén Pandeglang sampai Kota Cilegon di Barat dan Kota Cilegon sampai Kabupatén Cirebon di Utara pulo Jawa, sepajang kurang lebih 1.310 km (propinsi Banten 715,205 km) Sedangkan untuk wilayah studi sepanjang 365,059 km yang terbentang dari Kabupatén Bekasi sampai Kabupatén Cirebon. Panjang pantai masing-masing Kabupatén/Kota adalah sebagai berikut : Kabupatén Bekasi 37.829 (74) km, Karawang 84,23 km (Bappeda dan PKSPL, 2000a), Subang 68 km, Indramayu 114 km, Cirebon 54 km dan Kota Cirebon 7 km. A. Kabupatén Bekasi Secara géografis Kabupatén Bekasi terletak di sebelah Utara Propinsi Jawa Barat dan berada pada dataran rendah, karena 72 % dari wilayah Kabupatén Bekasi berada pada ketinggian 0-25 méter di atas permukaan laut. Kabupatén Bekasi terletak pada 106°48' BT-106°27' BT dan 6°10' LS-6°30' LS. Secara administratif Kabupatén Bekasi ini berbatasan dengan : - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa, - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupatén Bogor, - Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupatén Karawang, - Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Bekasi dan sebagian berbatasan dengan wilayah DKI Jakarta. Luas Wilayah Kabupatén Bekasi adalah 1.273,88 km2. Secara administratif kabupatén ini terbagi atas 15 kacamatan dan 187 désa. Dari 15 kacamatan yang ada, hanya 3 (tiga) kacamatan yang merupakan kacamatan pesisir dan 10 désa yang tersebar di kacamatan pesisir tersebut. Luas wilayah kacamatan pesisir Bekasi adalah 241.14 km2 atau 18.93 % dari luas Kabupatén Bekasi secara rinci diuraikan sebagai berikut : - kacamatan Muara Gembong dengan luas 122,90 km2 (12.290 Ha) atau 9,65 % dari luas seluruh kabupatén, - kacamatan Tarumajaya dengan luas 54,63 km2 (5.463 Ha) atau 4,29 % dari luas seluruh kabupatén) dan - kacamatan Babelan dengan luas 63,61 km2 (6.361 Ha) atau 4,99 % dari seluruh luas kabupatén
Démografi
[édit | édit sumber]Demografi taun 2008
* Populasi Total = 1.640.745 jiwa * Laki-laki = 809.739 jiwa * Perempuan = 831.006 jiwa * Rumah Tangga = 466.022 KK
Secara administratif, wilayah pemerintahan Kabupatén Indramayu terdiri dari:
* 24 Wilayah kacamatan * 62 Wilayah Kelurahan * 248 WIlayah Désa
Atikan
[édit | édit sumber]Atikan nu Walatra
ATIKAN téh penting, kitu cék panalungtikan Bappenas. Tangtu cék saréréa gé penting deuih. Nu matak diadurényomkeun méh unggal usik. Komo tanggal 2 Méi mah, nu sok dipiéling minangka Poé Atikan Nasional. Ku penting-pentingna téa, dunya atikan téh jadi salah sahiji widang anu dikocoran waragad konpénsasi BBM-najan dina emprona mah rudet jeung hésé nepina.
Bappenas nu gawé bareng jeung Biro Pusat Statistik (BPS) katut United Nation Development Programme (UNDP) taun kamari ngémbarkeun data statistik ngeunaan Indéks Pemwangunan Manusia (IPM) di Jawa Barat. Lian ti widang kaséhatan jeung ékonomi, atikan téh salah salahiji kokojo pikeun ngaronjatkeun angka IPM. Boa ti dinya bisa katoong, kumaha kaayaan atikan di Jawa Barat kiwari?
Asana ari PBH (Pemberantasan Buta Huruf) mah geus ramé ti béh ditu kénéh. Tapi di sawatara kabupatén, cék data statistik téa, angka melék huruf (adult literacy) téh handap kénéh. Éta kabupatén téh ti antarana Indramayu, Subang, Cirebon, Kuningan, Majalengka, Bekasi jeung Bogor. Nepi ka taun 2005, jumlah nu buta huruf di Jawa Barat téh 513.868 urang. Ancer-ancerna taun 2009 mah Jawa Barat geus bébas tina buta huruf.
Lain melék aksara wungkul deuih, angka rata-rata lilana sakola (méan yéars of schooling) gé masih kénéh handap. Kabéhna aya 14 kabupatén. Indramayu nu pangripuhna, Sumedang nu pangleuheungna. Ngan tangtuna gé panalungtikan Bappenas téh lain hiji-hijina ukuran pikeun meunteun dunya atikan di Jawa Barat.
Dibandingkeun jeung IPM nasional, angka IPM Jawa Barat téh henteu handap-handap teuing, malah ampir sajajar. Hanjakal éta téh ukur gambaran umumna. Mun nengetan deui angka di unggal kabupatén mah, katémbong ganjorna téh. Tacan walatra. Kitu deui dina widang atikanana.
Poténsi INDRAMAYU
[édit | édit sumber]Indramayu merupakan salah satu kabupatén di Jawa Barat yang merupakan daerah sentra pertanian. Sektor pertanian menyumbang 16,02 persen dari total Produk Dometik Regional Bruto Kabupatén Indramayu, penyumbang kedua terbesar setelah Sektor Industri (Migas). Selain itu data penduduk Indramayu berdasarkan sektor usaha utama menunjukkan 52,71 persen penduduk yang berusia diatas 10 taun bekerja di sektor pertanian (BPS, SAKERNAS 2003). Dari luas wilayah Indramayu yang tercatat seluas 204.011 Ha, 56,91 persennya merupakan tanah sawah. Melihat potensi yang ada maka sektor pertanian merupakan sektor yang patut mendapat perhatian lebih, baik dari pihak pemerintah daerah maupun masyarakat pertanian sendiri.
Dagang
[édit | édit sumber]Perdagangan mangrupa salah sahiji potensi tertinggi di daerah ieu. A. Kondisi Umum.
1. Kondisi Fisik.
a. Luas wilayah Kabupatén Indramayu, adalah 204.011 héktar.
b. Géografi.
* Terletak pada koordinat 107'52" - 108'36" BT dan 6'14" - 6'40" LS, terletak bagian timur laut Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat. * Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu, dibatasi oleh :
- Sebelah Utara, Laut Jawa. - Sebelah Timur, Kabupatén Daerah Tingkat II Cirebon. - Sebelah Selatan, Kabupatén Daerah Tingkat II Sumedang dan Majalengka. - Sebelah Barat, Kabupatén Daerah Tingkat II Subang.
c. Topografi.
* Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu berada antara 0-200 méter di atas permukaan dengan kemiringan 0-5 % ke arah utara. * 0-3 méter Dpl, bagian barat daya dan utara (98,70 %). * 3-25 méter Dpl, bagian tengah. * 25-100 méter Dpl, sebagian kecil bagian selatan.
d. Iklim.
* Klasifikasi iklim menurut Scmidth dan Ferguson, iklim di Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu adalah Type D (iklim sedang) dengan konotasi Bulan Basah selama 3-4 bulan dan kelembaban (PH) adalah 80,00 %. Hasil pengamatan selama 10 taun terakhir, terdapat Curah Hujan Rata-rata sebesar 1.669 mm per taun, dengan curah hujan terendah adalah 35 mm per bulan, angin barat dan angin timur bertiup tiap 6 bulan, angin barat pada bulan Desember sampai dengan bulan April dan angin timur pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, suhu rata-rata berkisar antara 26' C -27' C, dengan suhu rata-rata maksimum 30' C dan rata-rata minimum 18' C.
e. Tanah dan Mineral.
* Alluvial, terletak di kacamatan Jatibarang, Kandanghaur, Indramayu, Sindang, Lohbener dan Losarang. * Alluvial dan Alluvial Kelabu, terletak di kacamatan Karangampel, Juntinyuat, Bongas, Sliyeg dan Anjatan. * Podsolik Merah Kuning dan Alluvial Kelabu, terletak di kacamatan Kertasemaya, Bangodua dan Widasari. * Alluvial, Alluvial Kelabu, Podsolik Merah Kuning dan Grumosol, terletak di kacamatan Cikedung, Leléa dan Gabuswetan. * Alluvial, Podsolik Merah Kuning, Latosol, terletak di kacamatan Haurgeulis. * Jenis mineral potensial dan strategis adalah minyak dan gas bumi, yang terdapat di wilayah kacamatan-kacamatan pantai sarta kacamatan Gabuswetan dan Haurgeulis.
f. Sumber Daya Air.
* Waduk, terdapat di Cipancuh dan Situbolang. * Sungai, terdapat 14 buah sungai yang mengalir kéarah utara, antara lain Sungai Cimanuk, Cipanas, Pangkalan dan Eretan. Sungai-sungai yang ada di Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu terbagi dalam 2 Wilayah Aliran Sungai (WAS), yaitu WAS Cimanuk dan WAS Cipunegara-Cilamaya, sungai terbesar adalah Sungai Cimanuk dengan debit air 20 M3/detik. * Saluran irigasi Sindupraja, Cipelang, Jatiluhur/Tarum Timur/Salamdarma, Cipanas, Lebiah dan Cipancuh. Di WAS Cimanuk terdapat 202 Daerah Irigasi, terdiri dari 40 Daerah Irigasi Teknis, 54 Daerah Irigasi Semi Teknis dan 108 Daerah Irigasi Sederhana. * Air tanah, terdapat 3 Zona Kedalaman Air Tanah, yaitu Kedalaman Beragam (Brek Lish), terdapat di kacamatan Karangampel, Juntinyuat, Sliyeg, Indramayu, Sindang, Lohbener, Losarang, Kandanghaur, Anjatan dan Balongan. Kedalaman Rendah (Skallow Ground Water), terdapat di kacamatan Kertasemaya, Bangodua, Leléa dan Jatibarang sarta Kedalaman Tinggi, terdapat di kacamatan Haurgeulis, Gabuswetan, Cikedung dan Kroya. * Muka air tanah berkisar 0,25-1,50 méter sedangkan pada saat kemarau antara 2,00-3,00 méter.
g. Tata Guna Lahan.
* Luas Lahan Sawah, adalah 118,869 héktar atau 58,27 % (Sawah 2 kali panen seluas 95.445 héktar dan Sawah 1 kali panen 23.424 héktar). * Kebun Rakyat, seluas 7.630 héktar atau 3,74 %. * Tegalan, seluas 7.944 héktar atau 3,16 %. * Hutan, seluas 31.862 héktar atau 15,62 %. * Tambak/Rawa/Kolam, seluas 7.148 héktar atau 3,50 %. * Perkampungan, seluas 19.472 héktar atau 9,54 %. * Industri (Zona Industri), seluas 3.505 héktar atau 1,72 %. * Lain-lain, seluas 7.581 héktar atau 3,72 %.
2. Kondisi Ekonomi.
1. Ekonomi Makro.
* Produk Domestic Regional Brutto (PDRB) taun 1993/1994, atas dasar harga berlaku, tanpa minyak bumi adalah Rp.1.672.250.000.000,00, dengan minyak bumi sebesar Rp.4.443.124.000.000,00 sedangkan atas dasar harga konstan, tanpa minyak bumi adalah Rp.1.518.643.000.000,00, dengan minyak bumi sebesar Rp.4.362.602.000.000,00. * Income Per Kapita, atas dasar harga berlaku, tanpa minyak bumi adalah Rp.1.117.329,00, dengan minyak bumi sebesar Rp.2.968.715,00 sedangkan atas dasar harga konstan, tanpa minyak bumi adalah Rp.1.014.695,00, dengan minyak bumi sebesar Rp.2.914.913,00. * Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE), atas dasar harga berlaku, tanpa minyak bumi adalah 17,83 % dengan minyak bumi sebesar -2,02 % sedangkan atas dasar harga konstan, tanpa minyak bumi adalah 7,01 % dengan minyak bumi sebesar -3,70 %.
2. Perhubungan.
* Prasarana Perhubungan Darat.
- Jalan.
* Jalan Kereta Api, 67,479 Km. * Stasiun Kereta Api Jatibarang dan Haurgeulis. * Jalan Negara, 95,201 Km. * Jalan Propinsi, 57,432 Km. * Jalan Kabupatén, 666,580 Km.
- Jembatan.
* Jembatan Negara, 67 buah. * Jembatan Propinsi, 35 Buah. * Jembatan Kabupatén, 139 Buah.
- Perhubungan Laut.
* Pelabuhan Interinsuler Tingkat V, Eretan (PelabuhanKayu). * 15 Pelabuhan Pendaratan Ikan, Ujunggebang, Bugel, Eretan Kulon, Ilir (Sumber Mas), Cangkring, Cantigi, Pabéan Udik, Song, Dudukan/Singaraja, Limbangan, Majakerta, Glayem, Dadap, Tegal Agung dan Luwunggeusik. * Pelabuhan Minyak di Balongan.
3. Pengairan.
* Dari Bendungan Sungai Cimanuk di Rentang melalui Saluran Irigasi Cipelang dan Sindupraja, seluas 67.479 héktar. * Dari Saluran Irigasi Jatiluhur, seluas 25.410 héktar. * Waduk Cipancuh, seluas 6.277 héktar. * Bendungan Cipanas I dan II, seluas 8.770 héktar. * Saluran irigasi Lebiah, Ciborelang dan Cipondoh, seluas 217 héktar.
4. Cakupan Air Bersih.
* Sampai dengan taun 1995, baru 70 désa di 10 kacamatan dari keseluruhan 310 désa di 22 kacamatan yang terlayani oleh PDAM. Sistem pelayanan air bersih oleh PDAM ditangani oleh 3 Cabang, yaitu Indramayu, Jatibarang dan Kandanghaur sarta 4 Unit, yaitu Gabuswetan, Jatisawit, Bangodua dan Losarang, dengan air baku dari sungai dengan kapasitas design sebesar 247,50 liter/detik, terpasang 247,50 liter/detik dan dimanfaatkan sebesar 179,87 liter/detik.
5. Cakupan Listrik.
* Jumlah désa yang telah terjangkau listrik untuk taun 1995, adalah 257 désa atau 82,90 % dari 310 désa, diidtribusikan melalui 2 Gardu Induk, yaitu GI Indramayu dan Jatibarang, masing-masing dengan kapasitas 70 KVA dan 20 KVA, 10 MVA, kapasitas terpasang 45.373.190 VA dan jumlah pemakaian 7.181.945 KWH.
6. Cakupan Pos dan Telepon.
7. Pertanian Tanaman Pangan.
8. Peternakan.
9. Perikanan.
10. Industri.
11. Pasar Daerah, Bank dan Koperasi.
3. Kondisi Sosial.
1. Kependudukan.
* Jumlah penduduk Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu pada pertengahan taun 1994 tercatat sebanyak 1.463.914 jiwa, terdiri dari 721.873 jiwa laki-laki dan 742.041 jiwa perempuan dengan angka kepadatan penduduk per km2 sebanyak 775 jiwa. Laju pertumbuhan penduduk dalam taun 1977-1994 adalah sebesar 1,11 %. * Populasi penduduk, paling tinggi adalah kacamatan Haurgeulis sebanyak 114.607 jiwa dan terendah adalah kacamatang Balongan sebanyak 20.258 jiwa. * Kepadatan penduduk per km2, paling tinggi adalah kacamatan Jatibarang sebanyak 1.605 jiwa dan terendah adalah kacamatan Cikedung sebanyak 331 jiwa.
2. Pendidikan.
* Jumlah lulusan SD dan MI yang melanjutkan ke SLTP sebanyak 85,80 %. * Gross Enrollment Ratio (GER) SD adalah 109,61 %, SLTP adalah 55,91 % dan SLTA adalah 23,97 %. * Netto Enrollment Ratio (NER) SD adalah 96,14 %, SLTP adalah 46,81 % dan SLTA adalah 20,16 %. * Angka Melek Huruf (AMH) adalah 68,27 %.
3. Kesehatan.
* Angka Kematian Bayi (AKB) adalah 91,48 %. * Angka Harapan Hidup (AHH) adalah 59,93 taun. * Indeks Mutu Hidup adalah 62,14 %.
4. Pariwisata.
* Pantai Tirtamaya di kacamatan Juntinyuat. * Wisata Laut di pulo Biawak. * Wisata Fauna Kera di Désa Bulak kacamatan Jatibarang. * Selain obyek wisata, terdapat budaya tradisi khas Indramayu, yaitu Ngarot di kacamatan Leléa, Jaringan di kacamatan Kandanghaur, Nadran di pangkalan-pangkalan pendaratan ikan, Sedekah Bumi, Ngunjung, Mapag Sri dan Mapag Tamba di lahan-lahan pertanian tanaman pangan/padi. * Kesenian yang ada di Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu, antara lain Sintren, Sampyong, Genjring Rudat, Sendra Tari Endang Dharma, Tari Topeng, Tarling, Berokan, Sandiwara dan Wayang Cepak.
4. Pemerintahan.
1. Pemerintahan Daerah.
* Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 taun 1974 adalah Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, keduanya bekerja-sama dalam upaya mencari Tertib Pemerintahan di daerah. Penyelenggaraan pemerintahan di daerah diarahkan pada pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggungjawab dengan tujuan meningkatkan dayaguna dan hasilguna pemerintahan di daerah dan pelaksanaan pemwangunan yang dilaksanakan bersama dengan tugas dekonsentralisasi dan tugas pembantuan.
2. Keuangan Daerah.
* taun 1995/1996 sebesar Rp.47.420.922.000,00. * taun 1996/1997 sebesar Rp.54.335.374.000,00.
3. Pemerintahan Désa.
* Klasifikasi Désa, semuanya Désa Swasembada, yaitu 310 désa. * Klasifikasi LKMD, semuanya masuk Kategori III.
4. Wilayah Administrasi Pemerintahan.
* Wilayah Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu terdiri dari 6 Wilayah Pembantu Bupati dengan 22 Wilayah kacamatan dan 2 kacamatan Pembantu dengan 302 Désa dan 8 Kelurahan, sarta 1.508 RK/RW dan 5.911 RT.
B. Kebijaksanaan Pemwangunan Daerah.
1. Kebijaksanaan Spatial/Tata Ruang Pelita VI.
Peraturan Daerah Nomor 17 taun 1993 tentang Pola Dasar Kabupatén Daerah Tingkat II Indramayu.
* Simpul Indramayu, mencakup wilayah kacamatan Indramayu, Sindang, Balongan dan Lohbener, dengan fungsi wilayah Pusat Pemerintahan, Industri Minyak dan Gas Bumi, Pengembangan Agro Industri, Industri Kecil dan Kerajinan, Pertanian, Perkebunan dan Kelestarian Hutan Payau. Sedangkan fungsi utama sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi, Pusat Kota dengan orientasi pergerakan ke arah Selatan, Timur dan Barat. * Simpul Karangampel, mencakup wilayah kacamatan Karangampel, Juntinyuat dan Krangkeng, dengan fungsi wilayah Pusat Pemerintahan, Zona dan Kawasan Industri Terbatas Exor-I, Pengembangan Agro Industri, Industri Kecil dan Kerajinan, Pertanian, Perkebunan Rakyat, Industri Minyak dan Gas dan Kawasan Wisata Pantai. Sedangkan fungsi utama sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Indramayu Bagian Timur, dengan orientasi pergerakan ke arah Balongan dan Cirebon. * Simpul Jatibarang, mencakup wilayah kacamatan Jatibarang, Sliyeg, Kertasemaya, Bangodua dan Widasari, dengan fungsi wilayah Pusat Pemerintahan Kota Administratif, Pengembangan Agro Industri, Industri Kecil dan Kerajinan, Pertanian, Perkebunan, Hasil Hutan Payau dan Industri Minyak dan Gas Bumi. Sedangkan fungsi utama sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Indramayu Bagian Tenggara, Pusat Kota dengan orientasi pergerakan ke arah Barat dan Selatan. * Simpul Losarang dan Kandanghaur, mencakup wilayah kacamatan Losarang, Leléa, Cikedugn, Kandanghaur, Gabuswetan, Kroya dan Bongas, dengan fungsi wilayah Pusat Pemerintahan, Pengembangan Agro Industri, Industri Kecil dan Kerajinan, Pertanian, Perkebunan, Hasil Hutan Produksi dan Pelestarian Hutan Payau sarta Industri Minyak dan Gas Bumi. Sedangkan fungsi utama sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Indramayu Bagian Barat dengan orientasi pergerakan ke arah Barat dan Selatan. * Simpul Haurgeulis, mencakup wilayah kacamatan Haurgeulis, Sukra dan Anjatan, dengan fungsi wilayah Pusat Pemerintahan, Industri Kecil dan Kerajinan, Pertanian, Perkebunan dan Hutan Produksi. Sedangkan fungsi utama sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Bagian Barat dengan orientasi pergerakan ke arah Selatan dan Utara.
2. Kebijaksanaan Strategis Pemwangunan Pelita VI.
* Peningkatan mutu dan dayaguna sumber daya manusia. * Peningkatan dan perluasan kegiatan ekonomi sarta peluang kerja, baik antar sektor maupun antar wilayah. * Pemwangunan yang lebih mengarah pada keseimbangan antar wilayah dan antar kelompok masyarakat. * Penataan dan pendayagunaan kelembagaan dan aparatur pemerintah di daerah. * Pemantauan dan pelestarian keseimbangan sumber daya alam sarta keserasian lingkungan hidup.
3. Kebijaksanaan Umum Pemwangunan taun 1996/1997 "Sad Karya Pratama".
* Peningkatan Pendidikan. * Peningkatan Produksi Pangan. * Peningkatan Perindustrian. * Peningkatan Perhubungan. * Peningkatan Koperasi. * Peningkatan Kesehatan.
4. Kebijaksanaan Administrasi Pemerintahan dan Pemwangunan "Teliti" dan "Penataan".
- Teliti.
* Teruskan program. * éféktifdan efisien. * Loyal kepada Tuhan Yang Maha Esa, atasan dan sesama umat. * Integrasi. * Tertib. * Indah.
- Penataan.
* Penataan Perkantoran. * Penataan Administrasi Keuangan. * Penataan Administrasi dan Pengarsipan Barang. * Penataan Personalia.
C. 10 Sukses.
1. Sukses Peningkatan Produksi Pangan.
2. Sukses Pelaksanaan Program Inpres.
3. Sukses Kehidupan Berkoperasi.
4. Sukses Pemecahan Masalah Kependudukan.
5. Sukses Pemasyarakatan P-4.
6. Sukses Pelaksanaan Keppres Nomor 16 taun 1994.
7. Sukses Pemecahan Masalah Pertanahan.
8. Sukses Pengembangan Komoditi Ekspor Non Migas.
9. Sukses Pelestarian Lingkungan Hidup.
10. Sukses Penanggulangan Kemiskinan.
D. Profil Komoditi Unggulan dan Wilayah Andalan.
1. Sektor Industri.
2. Sektor Pertanian.
Tumbu Luar
[édit | édit sumber]Artikel ngeunaan kalurahan jeung désa di Indonésia ieu mangrupa taratas, perlu disampurnakeun. Upami sadérék uninga langkung paos perkawis ieu, dihaturan kanggo ngalengkepan. |